Minggu, 31 Mei 2015

SURAT CINTA BUAT PEMBACA NAN SETIA



DI ERA DIGITAL belakangan ini, kebertahanan membaca buku mengalami tantangan yang luar biasa. Betapa tidak, naskah baik belum tentu menjadi menarik hingga perhatian tetap tertarik untuk meniti rangkaian cerita dalam kata-kata. Yang lepas dan tanggal adalah minat, lantaran jenuh hadir menyapa, meminta berhenti membaca.

Tapi, setidak-tidaknya ada satu cara yang mengantarkan kita—atau baru saya saja—pada jalan asyik-masyuk membaca. Ialah gaya bertutur, bukan melantur melainkan menyajikan suatu paparan ilmiah dalam cara yang mengalir dan semacam ceritera. Karena siapa yang tak menginginkan cerita, di tengah kepungan berita oleh perusahaan media-media yang membungkus informasi sekadar barang jualan. Eksklusif katanya, terpercaya katanya, terhangat katanya. Nyatanya menyesatkan, melenakan, dan menyuntikkan persepsi negatif atas segala macam peristiwa.

Maka, sebelum semua keadaan makin membusuk dan memburuk, bacalah “teks-teks” (tentu lebih dari sekadar yang tertera pada media cetak, tapi teks apapun itu) dengan wawas. Jika kau merasa tak puas, berpaling kepada yang bertutur tadi ialah pelepasnya, jalan keluarnya. Kau tahu yang kau mau—bukan yang kau suka. Yang fana adalah waktu, buku tidak. Buku akan selalu bertahan, ada, mengisi waktu yang kosong, kefanaan waktu, sefana-fananya sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar