Selasa, 31 Januari 2023

Intip Tips Melepas Karakter Tokoh Seusai Pertunjukan

Adegan wangsa merah dalam lakon teater musikal Violet: Warna yang Berbeda,
27-29 Januari 2023./Dok. Teater Svatuhari

Seusai tirai panggung menutup, lalu penonton bertepuk tangan dan bangkit dari bangkunya untuk membalikkan langkah, para pemeran telah menanggalkan pakaiannya. Riasannya. Karakter yang dimainkan pun perlahan melepas dari kesadaran tubuh sebagai manusia senyatanya. Perlahan, keadaan dan kesadaran pemeran kembali menjadi diri sendiri dengan identitasnya masing-masing yang bukan karakter atau tokoh cerita. 

Namun, sebagai aktor pemeran, bagaimanakah cara baik untuk melepas karakter yang sudah dipentaskan di atas panggung agar tak terbawa dalam kehidupan nyata? Berikut langkah-langkah pelepasan karakter yang dihimpun dari ilmu guru akting dan pengalaman saya.


1) Mula-mula, selalu sadarilah untuk mengatur helaan napas dengan teratur. Dalam kondisi tenang, tariklah napas perlahan, tahan sebentar, embuskan pelan-pelan. Sebagai situasi bersyarat, letakkanlah di hadapan kita kostum dan properti yang kita kenakan saat memainkan karakter.

Sampaikan terima kasih kepada nama karakter (sebutkan namanya) yang telah kita mainkan sambil menatap, memegang, dan mengusap properti dan kostum karakter yang telah kita kenakan. Jika kau ingin memeluknya, peluklah. Ucapkan terima kasih atas emosi, pikiran, energi, dan kisah hidup si karakter yang telah kita hidupi di atas panggung.


2) Sempatkan pula hening sejenak. Biarkan karakter itu berbicara kepada kita--bila ia ingin mengatakan sesuatu kepada kita.

 

3) Terakhir, sampaikan maaf kepada nama karakter itu untuk kekeliruan atau kelalaian selama proses penghidupan karakter di atas panggung. Sampaikan terima kasih sekali lagi kepadanya, dan… “sampai jumpa di lain waktu”.

 

4) Setelah melepas karakter, maka kita kembali pada setelan diri sebagai “aku-aktor” dan “aku-diri”. Sebagai misal, aku seorang anak lelaki, dengan kecenderungan highly sensitive person, suka camilan keju dan sop iga, Sobat Padi-Romanisti-Manchunian, penulis, punya cicilan KPR, dan sebagainya.

Sebagai “aku-diri”, kembalilah untuk melakukan hal-hal paling kamu sukai yang 180 derajat berbeda dari kebiasaan “aku-karakter”: makanan kesukaanmu, pakaian atau outwear kesayanganmu, gaya rambut favoritmu (bila perlu jajal style terbaru yang cocok denganmu), hingga mengerjakan tanggung jawab keseharianmu. Jika kau memiliki keluarga dan orang terdekat yang dapat segera kaujumpai, hampirilah dan peluklah mereka--orangtua, pasangan, saudara, keponakan, dan anak-anakmu.

 

5) Sebagai “aku-aktor”, sebaiknya latihan sederhana keaktoran kudu dilanjutkan. Olahraga rutin sepekan tiga kali, training ketubuhan, mengakses informasi tentang seni peran dan pertunjukan…, intinya meminjam lirik lagu band Perunggu, “Terus berenang dan lanjutlah mendaki.” Mengasah dan mengawetkan kecakapan seni akting, bahkan meningkatkannya agar selalu siap-sedia jika sewaktu-waktu diperlukan untuk produksi karya pemeranan.

 

6) Jika ada kebiasaan baru dan positif sepanjang proses training dan rehearsal dalam produksi yang baru usai, tak salah untuk terus dilakoni. Khususnya bila perilaku itu membuatmu menjadi pribadi yang lebih baik: secara kognitif, afektif, dan motorik. Begitu pun bila ada kebiasaan negatif yang mulai berkurang karena melakukan kebiasaan baru selama proses produksi, sisihkanlah gaya hidup buruk itu. Alihkan minat dan perhatian dengan menjalani perilaku dan pola pikir baru dan lebih bermanfaat. Namun, sungguhpun teater malah memberimu dampak buruk, tidak salah jika kau meninggalkannya. Kembalilah ke “jalan yang benar”. Sebelum kau menyesal. :)

Temui lagi komunitas positif, tetap berhati-hati dengan pengaruh negatif. Terimalah ia sebagai bagian dari warna kehidupan tetapi jangan diadopsi. Sebab “pergaulan buruk merusak kebiasaan baik”.

Beberapa pokok pelepasan karakter itu dapat diterapkan dan dikembang-sesuaikan secara pribadi. Terima kasih dan sampai jumpa di pertunjukan berikutnya. Salam olahraga, salam budaya!