Senin, 24 April 2017

Ahok: "Pemahaman Nenek Lu!!"


Selain "yang tertulis", ada yang lain yang akan abadi. Ia adalah karya seni yang mengabadikan nilai-nilai.



Salah satu karya seni instalasi dalam pameran "Abad Fotografi 2016" di Galeri Nasional Indonesia.

Suatu kali, Sabtu, 26 November 2016 silam, saya sempat mampir ke Galeri Nasional Indonesia yang tengah menggelar pameran seni bertajuk "Abad Fotografi". Sebuah karya yang dipajang di salah satu ruang pameran perlahan namun pasti menahan langkah saya untuk sejenak berhenti.

Sebuah foto raut muka Gubernur Provinsi DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atawa Ahok terpampang di satu sisi tembok. Satu-dua pengunjung memperhatikan instalasi itu sambil menjejak-jejakkan kakinya. Lantas ada bunyi rekaman yang lamat-lamat terdengar mengingatkan suara dari perkataan pejabat publik di foto tadi. Juga bunyi perempuan yang mengomel menuntut haknya, dan seruan tegas aparat kepolisian atau tentara.

Saya lantas mencoba mengamati lebih cermat, juga memijak-mijak petak-petak kayu yang tertata rapi di lantai. Macam-macam frasa yang tertera di petak itu: Komisi Proyek, Fee Siluman, Proyek Ijon, sampai Mark Up. Banyak tikus-tikusan warna-warni berkeriapan di petak-petak itu juga ke tumpukan laci besi yang sejajar dengan foto Ahok.

Saya dan teman saya yang "memain-mainkan" instalasi itu (juga beberapa karya interaktif lainnya yang mendekonstruksi seni fotografi) waktu itu tersenyum-senyum sambil memandang foto Ahok. Spontan karena kagum, sesekali saya mengumpat, "Asu". Tahun sudah berganti, bulan-bulan berlalu. Karya itu berkesan mendalam hari-hari ini, sampai nanti.


Jakarta, 21 April 2017