Jumat, 25 Maret 2016

Emphaticon

Empati itu sulit bukan main untuk dilakukan. Kalau kamu merasa bisa berempati kepada orang lain, tidak usah yang jauh-jauh, kepada pembantu di rumah atau rekan sekerja saja. Ah, kamu keren.

Saya saja baru sadar, empati itu tidak bisa hanya merasa apa yang dialami orang lain. Agar mengerti apa itu empati, saya rasa saya harus turut mengalami dalam kondisi serupa yang tak direncanakan, ataupun dengan diadakan. Saya tidak cukup kuat berempati hanya dengan mendengarkan dan melihat cerita dari orang lain atau media tentang apa yang dirasakan seorang atau sekelompok orang.

Imajinasi barangkali sanggup mendekatkan rasa empati dalam hati dan pikiran orang. Saat membaca novel atau menonton film dengan kisah pergulatan tokoh-tokoh yang menyentuh, misalnya. Tapi sayangnya, saya malah terpengaruh untuk bersikap seperti tokoh-tokoh yang janggal dan dramatis itu. Maka saya harus berjarak. Saya perlu meretas jalan keluar-masuk menuju dan dari empati. Agar kewarasan terpelihara.

Ternyata, saya belum cukup keren. Seperti kau, yang bertanya, "Apa beda empati dan simpati?"