Jumat, 14 Juni 2019

Kepada Pemeluk Aduh

--atas Paskah yang terlambat


Tuhan, aku carang-Mu, di pokok-Mu aku bergantung.
Aku hilang bentuk, remuk. 
Aku tidak berbuah

Lekatkan aku lebih, lebih lagi pada-Mu
Sesudah Paskah ini
Sudah paskah ini? 

Lebaran, menjadi lebar dan renggang jauh aku pada-Mu

Satu polah aku dari dia yang mengitar-kitari kepalaku
Mengusik malam-malamku
Mendenging di daun telinga kiriku. 

Terbang-lepaskah aku dari pada-Mu?
ganti duka-duka ini 
tanggal-rengkuh 'tuk unduh sukacita
agar dupa-dupa ini urung sia-sia

(Tomang, 16 Juni 2019) 

Sabtu, 08 Juni 2019

Kisah Penggali Liang Kubur Blok M 129 Kalibata


Kelopak bunga kamboja putih terjatuh perlahan dari pucuk tangkai pohonnya pada sore itu, Minggu, 2 Juni 2019. Pada batang pohon kamboja di kompleks Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta Selatan, itu bersandar pula perkakas untuk memakamkan jenazah ke liang kubur.

Sodikin dan empat petugas penggali makam lainnya di TMPN Kalibata baru selesai memakamkan jenazah Kristina Herrawati Yudhoyono pukul 16.00 sore itu. Sodikin bercerita, dia turut menurunkan peti jenazah almarhumah istri Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono itu ke dalam liang kubur. Irwansyah, rekannya sesama penggali makam, bertugas menadah bagian atas jenazah di dalam liang.

Dilahirkan di Purbalingga, 53 tahun lalu, Sodikin bercakap dengan suara agak sengau. Walau begitu, ia dengan lancar menyebut sekaligus menunjukkan alat-alat yang biasa digunakan dalam proses pemakaman, yaitu pacul, tali tambang, blencong, susur, pelepak, dan pengki. Satu liang makam umumnya digali berukuran panjang 2,6 meter, lebar 1 meter, dan berkedalaman 2,6 meter.

Sodikin mengungkapkan, dia telah menjalani pekerjaan sebagai penggali makam di TMPN Kalibata selama 35 tahun.

“Dari tahun 1983 saya bekerja ini di sini,” ucap Sodikin. Mengenakan pakaian seragam hijau dan topi merah bertulisan TMPN Kalibata, Sodikin dan penggali makam lainnya berkumpul satu blok dari lokasi makam Ani Yudhoyono di blok M nomor 129. Beberapa orang warga berpakaian hitam masih mengerubungi undakan makam Ibu Ani Yudhoyono yang telah bertabur bunga. Tenda merah-putih menaungi makam baru itu.

Sodikin dan enam petugas penggali makam lainnya membuat lubang lahat untuk tempat jenazah Ani Yudhoyono dikebumikan pada sehari sebelumnya, Sabtu (1/6). Ia mengatakan, lokasi ditentukan oleh pihak Garnisun TMPN Kalibata, yakni di sisi bawah makam Ainun Habibie, mendiang istri Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie. Mereka menggali lubang itu dari pukul 15.00 hingga 17.30 WIB.

“Tempatnya di sebelah bawah makam Ibu Ainun, bukan di sampingnya. Soalnya kalau yang di samping Ibu Ainun, itu sudah disiapkan untuk Pak Habibie,” ujar Sodikin, sambil melepas topinya. Uban di kepalanya terlihat lebih jelas.

Sodikin mula-mula tidak tahu jenazah siapa yang akan dikuburkan di liang baru itu. Begitu pula dengan Irwansyah. Sodikin menekankan tugasnya menggali liang kubur sebagai hal biasa sesuai jabatannya.

“Sudah menjadi tugas dan tanggung jawab saya,” kata Sodikin.

Sodikin mengatakan, ada dua kelompok penggali makam di TMPN Kalibata. Satu tim terdiri atas 9 orang. Dalam sebulan, satu tim dapat mengerjakan setidaknya satu galian makam, tergantung situasi dan laporan dari pengelola TMPN Kalibata.
“Bisa juga seminggu satu makam baru. Kita mengerjakannya paling lambat pagi hari sebelum jenazah dimakamkan waktu siang harinya,” katanya.

Terkenang Kebijakan SBY
Sodikin, Irwansyah, dan petugas penggali makam di TMPN Kalibata bertugas setiap hari Senin-Jumat pukul 08.00-16.00. Walaupun tidak ada pekerjaan galian liang, mereka juga bertanggung jawab melayani kebutuhan para peziarah yang datang untuk bersembahyang atau sekadar mengunjungi makam, seperti air untuk menyiram area sekitar makam.

Bagi Irwansyah, wafatnya Ani Yudhoyono menumbuhkan kembali rasa bersyukurnya. Lelaki yang menjadi penggali makam sejak 2005 ini mengenang kebijakan Susilo Bambang Yudhoyono saat menjabat Presiden RI. Kata Irwansyah, pada 2010, SBY mengeluarkan kebijakan pengangkatan status pegawai honorer menjadi pegawai negeri tetap. 

Pengangkatan status kepegawaian dalam naungan Kementerian Sosial itu membuat Irwansyah memperoleh tunjangan kebutuhan hidup yang lebih menyejahterakan keluarganya.

Pegawai gali makam golongan II seperti Irwansyah diberikan upah pokok Rp2,5 juta per bulan. Sementara itu, pekerja yang lebih senior seperti Sodikin mendapatkan gaji Rp3,2 juta.

“Secara nggak langsung saya merasa berterima kasih kepada Pak SBY, juga Bu Ani,” kata Irwansyah mengungkapkan. 

Irwansyah juga mengungkapkan pekerjaan sebagai penggali makam membuka jalan keberkahan baginya. Lelaki berusia 40 tahun ini kerap merasa dimudahkan ketika mengalami kesulitan ekonomi rumah tangga.

“Rezekinya ada aja gitu, enggak tahu dari mana, enggak disangka-sangka,” ucapnya. Irwansyah yang memiliki tiga orang anak ini, bercerita, suatu ketika ia mengalami kesulitan ekonomi. Tak dinyana, seorang sutradara kandungnya menyambangi rumahnya, lantas memberikan sejumlah uang yang meringankan bebannya.

Dalam setiap acara pemakaman, Irwansyah mengatakan sering mendapat bagian menadah bagian atas jenazah di dalam liang lahat. Ini membuat dia wawas diri.

“Kalau ada acara pemakaman, selalu saya yang di bawah (dalam liang). Itu bikin saya selalu ingat, bahwa saya juga akan seperti ini (meninggal),” kata Irwansyah lirih. 

Irwansyah lalu memandang, peran mendiang Ani Yudhoyono semasa hidup, khususnya saat menjadi Ibu Negara, patut menjadi panutan masyarakat umum. 

“Kita yang masih hidup, tinggal meneruskan perjuangan beliau dengan cara sendiri-sendiri,” ucapnya.[]

Simak terus ulasan di Alinea.id. 

Versi suntingan tulisan ini tayang pada tautan berikut: https://www.alinea.id/nasional/kisah-para-penggali-lahad-jenazah-ani-yudhoyono-b1Xh49kzs