Sabtu, 03 November 2012

Biarkan Hujan Bernyanyi


Jalan kota diguyur air hujan sejam, sebentar
Melantunkan irama deras mendesis gerimis, juga bingar
Meneduh para pejalan, di sebelah dalam bangunan tua
Menyibakkan keriuhan yang enggan dibubuh oleh embus angin

Sore tadi memang lama tak terkira, waktu
Langit gelap semenjana, mendung sekian lama itu
Gerah rasa dan sesak dalam jiwa, membuihkan peluh mereka
Jerat dalam wajah memerah, terburu olehmu yang mengejar-ngejar kami pulang

Sayang, kau terlambat, lambat menorehkan tedas tangismu, air
Bilang, jangan kau sangkal sebab mereka mendamba sejuk dari sedumu, walau

Hujan, kau melahirkan sembap jadi gelap, lantas menggoyang harap kami dalam dekap
Nyanyimu pada rintik jalan kota bak lagu yang dulu kami dengar
Tentang siapa yang menjadi penyalur kesedihan hati saat sendiri
Menelusuri gorong di bawah, kau, lamat-lamat kami susuri lorong dengan terengah

Hujan, kau satu dan memudarkan perasaan sedu-sedan
Sedang siapakah kau di sana, berkenan turun membasuh semua di sini
Lantunmu sekilas nampak berseri-seri seperti ingin berlari
Sebab tak bersama siapa-siapa kau di sana, datang bersama kami di sini

Kami ingin bernyanyi, namun tak menyempilkan satu nada pun oleh kerongkongan
Kami lebih ingin kau menyanyi, menyanyi sampai sendiri perih ini memilin jadi lilin
Hujan, lilin, saling membuka diri pula rupa menyerupai

Bernyanyi, kami ingin kau meriuhkan satu-satu not biarkan kami, mendengarmu
Menukar hati, menggamit rasa kami, hujan, biarkan kau bernyanyi, tidak kami
Hujan… bukan kami…
Atau izinkan kami bernyanyi, hujan…

3/11/2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar