Ibu, malam ini aku ingin jujur kepadamu
Ada satu hal yang harus kuungkapkan, aku,
anakmu
Telah begitu lama kau biarkan aku tidak
di tempat layak
Telah lama aku berpeluh mencari dirimu,
baumu, suaramu
Tapi di mana? Tapi tiada
Sedu-sedan seru, sedang aku menunggu hanya begitu
Ibu, katamu kau akan membuatkan lagi sarapan
bubur yang sangat kudoyan
untuk bekal makan kecil, dalam campuran
daging tersebar mungil
Kutanya, “Mengapa kecil dagingnya? Aku
mau yang besar.”
Jawabmu, “Kau masih kecil, kau dapat nanti
saat sudah besar.”
Aku merengut sedang erat kupangku
mangkuk bubur biar tak terenggut
Ibu, kau setia dan selalu tepat waktu mengiyakan
apa-apa untukku
Di subuh sekali, gelas kaca besar
kesukaanku kau isikan dengan susu putih kental itu
Aku sumringah Ibu, selagi aku basuh muka
dan kening, agar sadar dan dapat mendengar
saat lalu kudengar, “Nak, susunya di samping
amben tempat Ayah dulu tertidur.”
Aku mengangguk dan melihat mana
susuku, susu buatan ibu
Terkejut, ‘ku berseru, “Bu, susunya dirubung
semut, semutnya hitam berbaris rapi sekali!”
Ibu mendengar, tapi sepenggal-penggal
Saat langkahnya keluar kamar, menuju pintu
depan, pintu tertutup, “Bruk.”
Aku cemberut, susuku kemasukan semut
Aku sendiri, pagi sedini ini
Jumat, 23/11/2012
hanya bisa senyum..
BalasHapusSenyumin balik, tapi kenapa kamu bisa senyum?
BalasHapus