Perawan Maria duduk diam berbalut sepi. Tunangannya, Yusuf si
tukang kayu, belum tiba kembali dari karya pertukangannya.
“Sebentar lagi, sebentar lagi,” pikirnya, sambil merapikan kain
panjang biru melambari pucuk kepala, pundak, hingga ke dadanya.
Belum kunjung tiba, alih-alih Gabriel mendatanginya. Lewat jendela kamar rumah Maria, Gabriel tiba-tiba menghadirkan dirinya.
Tirai-tirai membuka, semburat sedih memudar.
Kepak-kepak sayapnya, tuk-tuk-tuk langkah kaki Gabriel
perlahan.
Tutur mengulur dari Gabriel, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”
Tutur mengulur dari Gabriel, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”
Maria belum mafhum, siapakah gerangan sosok di hadapannya.
Hening sebentar, Maria mencari jawab pada dirinya sendiri.
“Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia: Yesus,” kata Gabriel.
Maria tak mengerti
Gabriel mengajukan arti
Gabriel mengajukan arti
“Allah akan mengaruniakan kepada-Nya
takhta Daud, bapa leluhur-Nya. Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan
Yakub sampai selama-lamanya.”
Adakah ini sebuah kabar gembira? Di tengah-tengah semburan
kabar bohong-bohong.
Konon katanya era pascakebenaran.
Konon katanya era pascakebenaran.
Kata Maria, “Bagaimana
hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?”
Sebab Yusuf belumlah sah memperistrinya. Kelak dia pun hendak
menceraikan Maria secara diam-diam.
Sebelum akhirnya Yusuf dari uring-uringan menjadi mengurungkan
niatnya itu.
Gabriel menggenggam sepucuk kembang daun di tangan kanannya.
Tongkat kecil bersimbol salib turut mendampinginya.
Ia memberkati Sang Bakal Bunda Allah:
Tongkat kecil bersimbol salib turut mendampinginya.
Ia memberkati Sang Bakal Bunda Allah:
“Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa
Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau. Anak yang akan kaulahirkan itu akan
disebut kudus, Anak Allah. Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”
Berpusing di hati, Maria menyimpan erat-erat janji Gabriel.
Kata Maria: “Sesungguhnya
aku ini adalah hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Malaikat itu lalu meninggalkan dia. Sendiri, tapi sejak itu menjadi jauh dari sepi.
Jakarta, 24 Mei 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar