Perubahan
dan perkembangan tidaklah menjadi hal yang pasti.
Aku
berlari bisa sampai ataupun tak sampai di tempat tujuan, maka ia sekadar
persinggahan. Singgah bisa berarti berhenti atau juga terhenti. Aku jatuh akan
pula tertindih bila pasrah. Aku rebah tanpa resah. Hanya berserah. Esok, lusa,
datang atau pergi menjadi suatu perulangan yang akan menjadi biasa. Bisa
membeku. Jadi yang tak menarik minat lagi.
Itulah
mati. Dalam kejumudan dan kebekuan nan tak terkira, pengulangan begitu dapat
terduga. Bertemu dengan sosok yang sama, perihal yang sama. Tiada perubahan
apapun.
“Jangan terlalu lama diam di satu titik yang sudah terlalu
kaukenal dan terlalu sering kau ulang-ulang. Lakukan perubahan, walau sedikit.”
Selaras
perkataan mahaguru keaktoran realisme dunia Constantin Stanislavsky yang
mengiang di telingaku, air kopiku telah habis. Kosong. Jelas menyisakan kerak
hitam di sisi dalam cangkir. Juga bibir, batas perkara dan berkat dari
perkataan yang terlontar.
Lembaran
hidupku pun menyisihkan lengang: ruang yang menanti kisah dan jelajah. Batas
dan simpang bukanlah pilihan, melainkan keniscayaan. Meniti adalah tujuan,
bukan lagi apa yang kesampaian. Usai ialah usia hidup yang bertambah dan
berbuah.
(Jakarta.
Hari ulang tahunku ke-27)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar