DEWA 19 ada dua versi. Pertama, dengan vokalis Ari Lasso
(1991–1999), kedua ialah saat vokalis digantikan oleh Elfonda Mekel atau Once (1999–2011).
Menurut seleraku, suara Elfonda
Mekel tidak kurang menarik daripada Ari Lasso. Namun, lagu-lagu Dewa 19 saat
era Ari Lasso jelas berbeda dengan warna lagu yang dinyanyikan oleh Once
sebagai vokalis utama. Dan setelah didengarkan lebih intens dan berulang kali, Dewa
19 era Ari Lasso lebih gres: menyentuh.
Maka, saat Ari Lasso harus
digantikan lantaran terkena kasus narkoba, grup musik Dewa 19 jelas bukan
entitas tunggal. Ia bukan sesuatu yang ada dan digerakkan oleh band itu begitu saja. Orang-orang di
dalam grup musik itulah yang punya peran lebih menentukan daripada eksistensi band itu sendiri. Sebuah grup musik atau
band adalah perkumpulan orang-orang
jago bermusik dengan dilandasi satu tujuan bersama.
Maka, struktur dihidupi dan bakal
hidup lestari oleh mati-hidupnya agen—kumpulan orang-orang di dalam struktur. Sementara
itu, agen terkuat, baik secara pengaruh, tanggung jawab, ataupun cinta yang besar
bagi struktur tersebut, dialah yang akan menentukan. Dalam Dewa 19, agen yang
terkuat itu ialah Ahmad Dhani.
Semenjak Ari Lasso tanggal, Dewa 19
mungkin sudah mati—atau paling sekadar layak tercatat di buku-buku pengetahuan
musik. Namun, bersyukurlah atas kejeniusan Dhani. Berkat Dhani, DEWA 19 sebagai
salah satu super band di Indonesia bertahan
setidaknya lebih dari sepuluh tahun sejak 1999 hingga akhirnya bubar pada 2011.
Elfonda Mekel, seorang sarjana
hukum asal Makassar yang berkembang dahulu sebagai biduan kafe, ialah penyanyi dengan
karakter vokal rock yang tinggi dan berserak. Ahmad Dhani pintar menemui dan menemukannya.
Tapi, dia jauh lebih keren saat merekrut Ari Lasso, seorang penyanyi lelaki
dengan jangkauan suara yang tinggi, pop, dan ah, mendengungkan gendang telinga yang
kelu oleh bungkaman derit-derit jalanan kota.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar