Di saat waktu luang, aku menghabiskannya bersama buku atau anak-anak—tapi belum
juga bersama bacaan anak. Membaca buku ataupun bermain bersama anak-anak merupakan
momen yang tak dapat kulewatkan begitu saja. Ah, bukan aku yang tak ingin
melewatkannya, melainkan buku dan anak-anak itu yang meminta-minta perhatianku.
Menarikku.
Membaca membuatku bisa merawat dengan baik jiwa sebagai anak dalam diriku:
imajinasi. Waktuku kecil, aku mula-mula dan lebih sering mengenal dunia lewat
pendengaranku. Orangtua menasihatiku, sedang guru taman kanak-kanak berbagi kisah
dan nyanyian riang. Mataku membuka, memerhatikan sembari menangkapi gambaran yang
muncul dalam kepalaku dari apa yang diceritakan orang-orang. Kini, dongeng itu terdengar
dalam sunyi melalui serangkaian kata yang tercetak dan terbaca di buku. Tentu,
bila tiada suara berisik nan kacau dari pergunjingan di sekitarku.
Waktu luang tidaklah selalu kusediakan. Pihak lain yang mewadahinya: dalam
aneka cara dan acara. Sama seperti buku dan anak-anak, senggang hadir bukan karena
aku yang menginginkannya. Namun, waktu yang tak teraba itulah yang melahirkannya.
Didahului “persetubuhanku” dengan tetek-bengek karya atau pekerjaan nan
melelahkan.
Apakah anak-anak sekarang, di waktu luang mereka, masih sempat membaca-baca
buku lain dan berbaur dengan teman-teman sebayanya? Demi sekadar melepaskan diri
di sela-sela letih persekolahan Senin sampai Sabtu.
Kamis, 31 Desember 2015, pukul 01.06
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar