: perjamuan malam terakhir Ramadan
Sepiring ikan goreng, bihun dengan irisan cabai,
sebaskom es buah segar penyembuh dahaga
setelah seharian menahannya.
Sebuah sajian peringatan menjelang ajal.
Baru sisihkan yang lama,
barisan doa dan sembah merekatkannya.
Piala darah, hosti tubuh jelmaan diri nan utuh
sebelum bergantung di palang puncak bukit derita.
Sesudah subuh hingga sebelum magrib,
secerah amarah mentari merendah hangatkan hati.
Menjadi saling berbagi:
takjil senja murah-harum 'tuk semua.
Sesudah subuh hingga sebelum magrib,
secerah amarah mentari merendah hangatkan hati.
Menjadi saling berbagi:
takjil senja murah-harum 'tuk semua.
Sesudah semua pelajaran, perjumpaan, perutusan,
besok disobek satu per satu khianat.
besok disobek satu per satu khianat.
Tuduhan tak berdasar apa yang dilanggar,
telah digariskan bahkan tak dapat ditawar.
Ingin mengelak, malah Dia tertolak hingga ditombak.
Di belakang, seekor ikan tertusuk pisau-pisau pembersih sisik
agar kepahitan hati menyimpan dengki
kelak bebas selaras lagu permaafan di muka andrawina.
Tapi adakah ampunan bagi kami kaum berdosa?
Beralih dari penenggak air jahat, kau memeluk rahmat.
Tarif iftar malam terakhir ini
Bulir bilur pesta penapis:
Adakah kau tertunjuk dan selamat?
Silih oleh Putra Manusia menelan tak berbilang sengsara:
ludah dari lancungmu,
cambuk oleh serakahmu,
beban karena culasmu.
Dalam pekat pahit anyir cawan kehendak-Nya,
reguk bak hari fitri di balik bilik bulan baik.
—Selamat mengingat hari puasa,
dan berhijrah menuju kemenangan
(1 Syawal 1445 Hijriah, 10 April 2024)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar