Hari ini
telah lahir bagimu Juruselamat sekaligus "master" humor ironis di
Bethlehem, kota Daud. Dialah Sang Penghibur sesungguhnya, turunan dari Daud,
leluhur-Nya yang jago menggembalakan domba dan menganggit syair. Daud, yang
karena ketekunannya melakukan rutinitas di padang rumput, tak takut pada
serigala. Tak takut pada Goliat. Tak takut dipilih menjadi raja menggantikan
Saul.
Hari ini
telah lahir bagimu Juruselamat yang oleh ayah angkatnya di dunia bernama Yusuf,
barangkali diajari juga pertukangan sebagaimana umumnya perajin kayu. Tentu,
lelaki itu bukan Joko Widodo, pengusaha mebel yang potretnya terpampang di ruang-ruang
kelas sekolah dengan peci hitam, dasi hitam, segaris senyum sederhana.
Hari ini
telah lahir di hatimu seorang Juruselamat. Hari kemarin, saat kamu sedang
berteduh di bawah tenda kaki lima karena hujan lebat, dia menggeliang senang.
Meskipun pembaringannya hanyalah tumpukan jerami. Dialah guru yang
mengajarkanmu menjadi sahabat, walau kamu tahu ukuran sahabat ialah sebuah
candaan dalam pandangan duniawi.
Dia turun
ke dalam dunia, menjadi sepadan denganmu, mau solidaritas
dengan sedih-pedih-peluh-hingga sembuh-mu.
Namanya
Yesus Kristus. Kamu sudah tahu, kan? Kuberi tahu, Dialah "suhu" humor
ironis menurut Kierkegaard, filsuf eksistensialis Denmark. Apa lacur? Dia
seorang yang mampu menggetarkan pandangan awam tentang menjadi yang tersuci
ketika dengan tenang dia mencorek-corek tanah dengan sebutir batu selagi si
perempuan dituduh berdosa oleh banyak orang.
Ah, Dia
lantas bertutur, "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia
yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
Perjalanan-Nya
di dunia terlalu berarti untuk menjadi Anak Manusia bagi kita semua, anak-anak
Tuhan.
Sore-sore
budhal nang Pasar Minggu
Hore,
selamat Natal dan Tahun Baru!
Kamis, 26/12/19; 09.21 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar