Berdiri di tepi hati
Selangkah mati, mundur mungkin
menunggu pergi
Saat lalu menyambar lepas
pandangku ke depan
Depan mengabur kian mengabu
Terlihat apa yang di sana,
impian
Menutup abu itu padanya,
buraman
Selaras cipta-cipta tanganku
Bersama segenap buih geloraku
Aku mengaku bukan lagi aku
Tak tahu ia menjadi siapa
Satu menyatu menggumul dalam
daku
Ubun tertutup, dalam gejolak
“Aku! Di mana?!!”
Layak satu bintang redup
mengayun membentang lintang
Kelap mengerjap sekejap
saja
Terang riang lantas menghilang
entah
Kiri-kanannya penghijau
meneduh jiwa
garis yang diinjaknya bukan
sebaris irama biduanita
putih di atas hitam
hitam panggang terik surya
ia menapak dengan juga derita
Sakit namun tak menjerit
Hendak lintas arah mana cadik
ini
Pelan riak mengguncang
Sudi tuan bukakan ruang
Jalan mengulur ke belakang
Sadar tatap menjuntai
mendatang
Nyata siap kau bawa pulang
Rindu pada hujan
Rindu pada temaram
Dingin jangan, segores luka
mencekam
Mengoyak adinda, kakanda sedih
semalam
Sudah bunda, derita bukan
nestapa
Pada siapa dikau menyelia
Ananda pulang membawa apa
Sebentuk hati-pikir-rasa dalam
dada
Sebentar, nanti di sana
putramu tercinta
Sebentar…
Biar aku habiskan luka dalam
separuh menduka
Tak ingin mendua hanya
mengecap indahnya dunia
Sekilas, tangan masih bergerak
suarakan kata
Sekilas, untaiannya meredam
ingin memerdu
Sekilas, kita tiada pernah
bertemu
Bunda, salamku pada ayahanda