by @ronirobert |
Sekurang-kurangnya lima hari dalam sepekan dan seperempat dari 24 jam dalam sehari, kita bekerja. Di kantor atau di rumah. Di balik bilik berpendingin 20 derajat Celcius, atau hanya dengan AC alias angin cepoi-cepoi nan alami bila tidak ada kipas angin.
Dalam 24/7
itu, alur hidup kita selalu dilingkungi latar ruang dan waktu. Di teras atau
belakang rumah. Di ruang tamu atau kamar mandi. Di Sayidan, atau di jalanan (tuangkan
air kedamaian!).
Jika perihal
waktu yang lebih abstrak sulit untuk kita kendalikan, saya rasa kita bisa
perlahan belajar hidup #hereandnow dengan menyadari lebih dahulu
keberadaan ruang. Di mana saya berada sekarang: Ada apa di depan saya, siapa di
samping atau belakang saya, apa yang saya pakai-duduki-injak, hingga… bau apa
yang muncul menyengat agak jauh dari seberang saya itu?
Lalu, mengapakah saya di sini? Apa tujuan saya sekarang? Bisakah masa lalu benar-benar
ditanggalkan barang sejenak, agar saya dapat memilih. Saya mau di sini
sepenuh-penuhnya, bersama apa-apa yang ada di sekitar saya, siapa saja di dekat
saya, dan hal-hal apa saja yang bisa saya kontrol.
Ya, begitulah
yang saya alami bila hendak “membumi” dengan kondisi saat ini. Waktu beserta pengalaman-pengalaman,
kesan, dan nilai-nilai yang melekat di dalamnya mungkin berat untuk dilepaskan
begitu saja. Tetapi itu perlahan cukup kita diamkan saja, dan kita mulai
alihkan perhatian pada hal yang terdekat dengan kita secara fisik dan inderawi.
Sebelum
mengalami “saat ini”, ternyata kita harus benar-benar sadar dengan situasi “di
sini”. Perhatikan kembali derap napas, atur perlahan, dan rasakan tubuhmu. Amati.
Dengarkan. Lihat sekitarmu, ruang yang mengitarimu. Ambil napas, lepaskan.
Sunggingkan senyum. Napas. Lepas.
Selamat melaksanakan
aktivitas Anda, dan tetap semangat!